Karakteristik
A.
Ciri ciri Tumbuhan Biji (Spermatophyta)
Istilah Spermatophyta
berasal dari bahasa Yunani, sperma berarti biji dan phyta berarti
tumbuhan. Setelah mempelajari tumbuhan yang
memiliki spora meliputi Thallophyta, Bryophyta, dan Pteridophyta, selanjutnya
Anda akan mempelajari tentang tumbuhan berbiji (Spermatophyta). Lihatlah
beraneka ragam tumbuhan yang ada di sekitar lingkungan Anda, seperti rumput,
mangga, jagung, anggrek, mawar, dan sebagainya.
Tanaman Sikas, merupakan tanaman yang termasuk ke dalam jenis tumbuhan
tingkat rendah, masuk ke dalam kelas Cycadaceae. Secara sekilas, struktur sikas
memang mirip palem, tapi secara morfologi lebih mirip paku-pakuan. Sikas,
memiliki daun yang tajam dan berwarna hijau tua, tampilan luarnya eksotik,
memiliki tekstur batang yang kasar dan berlapis. Secara alami sikas berkembang
biak secara generatif, dengan kawin dan biji. Bisa juga secara vegetatif, dengan
pemisahan melalui mekanisme anakan.Sikas diperkirakan sudah berusia ratusan
juta tahun. Usianya yang tergolong purba dan langka, mengundang banyak orang
untuk dijadikan koleksi tanaman.Habitat tanaman sikas tersebar di berbagai
negara. Sebagian besar ada di benua Asia, Indonesia merupakan salah satu
habitat sikas. Sumatera adalah habitat terbesarnya.
Pertumbuhan tanaman purba ini terbilang lambat. Dalam satu tahun, tanaman
ini umumnya hanya tumbuh dengan tinggi kira-kira 10 cm. Tanaman Cycad, termasuk
cycas, bisa mencapai tinggi 5 meter (kecuali tentu saja spesies yang tidak
berbatang di atas permukaan, tapi hanya punya subterranean trunk seperti
Stangeria). Untuk Lepidozamia hopei merupakan perkecualian, karena bisa
mencapai tinggi 10,2 m.
Kalau kita perhatikan Cycas rumphii yang ada di sekitar kita, banyak
yang sudah mencapai tinggi lebih dari 3 m dan biasanya sudah bercabang.Begitu
pula dengan kemunculan daunnya. Tidak lebih dari satu helai daun setiap tahun.
Pertumbuhan yang lambat ini menjadi salah satu faktor tanaman tersebut bernilai
tinggi.
Satu lagi keistimewaan tanaman yang termasuk langka ini. Tanaman ini tidak
menuntut banyak perhatian seperti tanaman-tanaman hias pada umumnya, karena
tanaman ini sangat menyukai sinar matahari. Tanaman tersebut juga bisa
diletakkan di dalam maupun di luar ruangan. Teknis jadwal penyiraman dan perawatnnya
pun tidak perlu sering dilakukan, cukup satu sampai dua kali dalam satu minggu.
Kunci kesuburannya, seperti juga pada tanaman lain, adalah media tanam.
Sikas membutuhkan media tanam yang porositasnya tinggi. Anda bisa gunakan
campuran pasir malang dan tanah. Agar lebih subur, beri pupuk kandang.
F. IDENTIFIKASI
1. Ordo Cycadales, Divisi Cycadophyta
Ordo ini dicirikan dengan bentuk dan susunan daun yang
mirip dengan pohon palem. Batang tidak bercabang, akar serabut, dan ujung daun
mudanya menggulung seperti daun tumbuhan paku muda, termasuk dalam tumbuhan
berumah dua. Alat kelamin jantan dan alat kelamin betina terdapat pada pohon
yang berbeda. Pohon jantan mempunyai tongkol dengan kotak-kotak berisi serbuk
sari. Pohon betina membentuk daun buah yang pipih yang pada lekukan tepi daun
buah terdapat bakal biji.
Ordo ini beranggotakan sembilan genus yang masih hidup
sampai sekarang dan meliputi sekitar 100 spesies. Meskipun tumbuhan ini tidak
ditemukan dalam fosil diduga sudah muncul pada zaman trias sampai kapur awal.
Tanda-tanda khas golongan ini adalah batang tidak bercabang, daun majemuk
tersusun sebagai tajuk di pucak pohon. Cycadales baik ditemukan baik di wilayah
tropic maupun subtropik, misalnya Zamia dan Cycas rumphii (pakis haji).
Adapun ciri – ciri umum dari ordo Cycadales adalah :
1. Berupa pohon, seperti kelapa sawit dengan pertulangan
daun sejajar. Batang tidak bercabang, daunnya majemuk, tersusun sebagai tajuk
di puncak pohon.
2. Berumah dua, artinya ada tanaman jantan yang
menghasilkan strobilus jantan dan tanaman betina yang menghasilkan strobilus
betina pada tanaman yang berbeda.
Anggota ini menghasilkan strobilus yang besar. Meskipun demikian, rata – rata reproduksinya rendah. Dari 15 – 20 strobilus yang dihasilkan tumbuhan Cycas jantan, hanya satu atau dua saja yang siap melepaskan serbuk sarinya. Strobilus jantan ini menghasilkan aroma yang membuat serangga tertarik untuk datang. Setelah datang, serangga tersebut akan memakan strobilus dan berkembang biak. Pada saat yang sama, strobilus betina menghasilkan bau yang dapat mengusir serangga yang datang kepadanya. Setelah beberapa waktu, strobilus betina menghasilkan aroma yang justru menarik serangga yang berasal dari strobilus jantan. Sambil membawa mikrospora dari strobilus jantan, serangga tersebut menuju strobilus betina dan terjadilah polinasi.
Anggota ini menghasilkan strobilus yang besar. Meskipun demikian, rata – rata reproduksinya rendah. Dari 15 – 20 strobilus yang dihasilkan tumbuhan Cycas jantan, hanya satu atau dua saja yang siap melepaskan serbuk sarinya. Strobilus jantan ini menghasilkan aroma yang membuat serangga tertarik untuk datang. Setelah datang, serangga tersebut akan memakan strobilus dan berkembang biak. Pada saat yang sama, strobilus betina menghasilkan bau yang dapat mengusir serangga yang datang kepadanya. Setelah beberapa waktu, strobilus betina menghasilkan aroma yang justru menarik serangga yang berasal dari strobilus jantan. Sambil membawa mikrospora dari strobilus jantan, serangga tersebut menuju strobilus betina dan terjadilah polinasi.
3. Daun berbagi menyirip, tersusun roset batang, daun
muda menggulung.
4. Mirip palma berkayu berbentuk pohon atau semak.
5. Strobilus terminalis, uniseksualis, dioecious.
6. Strobilus jantan mengandung banyak sekali
mikrosporofil yang tersusun spiral dengan mikrosporangia pada permukaan bawah.
7. Gamet jantan (spermatozoid) motil, di lingkungan air,
penting untuk penyerbukan.
8. Jumlah ovuli dua atau lebih pada tiap megasporofil.
9. Megasporofil mirip bulu ayam, tersusun longgar di
ujung batang atau tersusun rapat dan kompak.
strobilus betina Gambar
strobilus jantan
PAKIS HAJI
Klasifikasi Pakis Haji
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Divisio :
Cycadophyta (sikas)
Kelas :
Cycadopsida
Ordo : Cycadales
Familia
: Cycadaceae
Genus
: Cycas
Spesies
: Cycas rumphii Miq
Pakis haji berbentuk seperti kelapa sawit dan sering
digunakan untuk tanaman hias. Jenis ini dapat ditemukan di daerah tropis dan
subtropis. Pakis haji (aji) atau populer juga dengan nama sikas adalah
sekelompok tumbuhan berbiji terbuka yang tergabung dalam marga pakis haji atau Cycas
dan juga merupakan satu-satunya genus dalam suku Cycadaceae.
Pakis haji berhabitus mirip palem, namun sebenarnya
sangat jauh kekerabatannya. Kemiripan ini berasal dari susunan anak daunnya
yang tersusun berpasangan. Semua pakis haji berumah dua (dioecious)
sehingga terdapat tumbuhan jantan dan betina. Serbuk sari dihasilkan oleh
tumbuhan jantan darirunjung besar yang tumbuh dari ujung batang. Alat betina
mirip daun dengan biji-biji tumbuh dari samping. Alat betina tumbuh dari
sela-sela ketiak daun. Walaupun ia disebut “pakis”, dan daun mudanya juga mlungkerpakis
sejati, pakis haji sama sekali bukan anggota tumbuhan berspora tersebut.
Akar beberapa jenis pakis haji dapat diinfeksi oleh
sejenis Cyanobacteria, Anabaena cycadeae , yang pada gilirannya
menguntungkan kedua pihak ( simbiosis mutualistis). Akar yang terinfeksi akan
membentuk semacam bintil-bintil yang berisi jasad renik tersebut. Beberapa
pakis haji yang besar dapat dimakan bagian teras batangnya, karena mengandung
pati.
Kelompok biji cyacadophyta
Cyadophyta adalah kelompok tumbuhan
yang anggota-anggotanya berbeda satu sama lain. Salah satu contohnya adalah
cycas yang tubuhnya menerupai tanaman palem. Sebagian besar dari kelompok ini
hidup di daerah tropis dan subtropis. Kemunculannya pertama kali di bumi
kira-kira 320 juta tahun yang lalu selama jaman karbon, berlanjut dengan jumlah
yang melimpah pada zaman mesozoicum, sehingga jaman tersebut dikenal sebagai
jaman cycadophyta dan dinosaurus. Cycadophyta meliputi sbelas genera dngan 140
jenis.
Pada umumnya anggota
cycadophyta adalah tanaman yang berukuran besar, bebrapa jenis dapat mencapai
tinggi sampai 18 meter atau lebih. Batangnya tertutup oleh dasar dari daun yang
sudah gugur. Daun cycadophyta yang fungsional mengelompok
Pada kelompok tumbuhan ini
adalah tidak diselubungi oleh daun buah (carpela) sehingga dikatakan sebagai
berbiji telanjang pada kelompok ini polyembrioni seringkali terjadi walaupun
biasanya hanya ada satu embrio yang terus berkembang karena adanya pembelahan
beberapa arkegonia.
Pada gymnospermae air sudah
tidak diperlukan lagi medium fertilisasi karena adanya pembentukan bulu serbuk
pada serbuk sari yang berkecembah. Pada Cycas dan Ginkgo pada fertilisasinya
merupakan bentuk antara kondisi pada paku-pakuan dan tumbuhan tanpa biji
lainnya yaitu spermanya mampu berenang bebas, dan bentuk pada tumbuhan
berbiji yaitu spermanya tidak mampu
berenang bebas.
Gametofit jantan biasanya
bersifat haustorial yaitu menyerap makanan dari ovulum ketika tumbuh, walaupun
dibutuhkan bulu serbuk tetapi tidak langsung masuk ke arkegonium. Bulu serbuk
tersebut dan menetap di dalam nucelus
selama berbulan-bulan sebelum menuju mulut, gametofit betina. Setelah sampai di
mulut gametofit betina, bulu serbuk robek dan melepaskan sel sperma yang
berflagela banyak. Sperma tersebut kemudian berenang ke arkegonium dan membuahi
telur. Dengan adanya bulu sperma tersebut maka tumbuhan berbiji tidak lagi
tergantung pada ketersediaan air untuk fertilisasinya.
Strobilus betina juga besar, sprofil
dengan bentuk sisik dengan dua bakal biji. Pada cycas makrosprofil berbagai
menyirip dengan 2 sampai 5 bakal biji. Bakal biji hanya mempunyai satu integumen yang tebal. Dalam nuselus
dibawah mikrofil terdapat sebuah ruang, ruang serbuk sari(pollenkamer).
Makroprotalium besar, pada bagian yang menghadap mikrofil terdapat ruang
arkegonium dengan beberapa arkegonium dibawahnya yang mempunyai sel telur yang besar(samapai 6 mm), inti saluran perut
yang segera lenyap, dan dua sel dinding leher.
Metagenensis Cycas rumphii
Perbanyakan dan Budidaya
Sikas
Sikas
(cycads) seringkali dikelompokkan kedalam famili palm, tetapi sebetulnya
bukan, karena sikas bukan monocotyl seperti halnya palm. Sikas adalah
sekelompok species yang sudah primitif/
sangat tua umurnya dan sebagian besar terancam punah, terutama species-species
yang endemik. Sikas lebih dekat kekerabatannya dengan Ginko biloba dan
konifer seperti pinus dibandingkan
dengan palm. Sikas merupakan tanaman lansekap yang populer di negara-negara
tropis mau pun sub tropis dan merupakan kelompok tanaman yang sering
dikoleksi oleh kolektor tanaman di seluruh dunia.
Ukuran sikas
bervariasi dari yang kecil, seperti Zamia pygmaea Sims yang berukuran
20 cm dengan jumlah anak daun kurang dari 10 per daun, hingga yang besar
seperti Lepidomia hopei Regel yang berukuran kira-kira 20 m yang
memiliki 150-200 anak daun (leaflets) per daunnya. Sikas bersifat dioecious
(berumah dua), sehingga cone jantan dan betina berada pada tanaman yang
berbeda. Sikas tidak memiliki ovari dan tidak menghasilkan buah seperti palm dan
tanaman berbunga lainnya. Biji pada sikas berbentuk seperti buah, walau pun
sebetulnya bukan buah. Cone betina terdiri atas struktur mirip daun-daun
kecil yang tersusun secara konsentrik, dimana masing-masing
Membawa satu hingga
sembilan biji di dalamnya, tergantung species. Struktur yang mirip daun pada
sikas disebut megasporophyll. Kecuali pada sikas, megasporophyll pada
genera-genera lain memiliki dua biji. Untuk melakukan polinasi buatan dan
perbanyakan tanaman dari biji dibutuhkan pengetahuan dan pengertian tentang
cone dan struktur benih di dalamnya.
Banyak species
sikas yang tercancam punah, antara lain disebabkan terlalu banyak diambil
dari habitatnya untuk dikoleksi dan pembabatan hutan yang berlebihan. Karena
itu merupakan tantangan bagi pengusaha tanaman hias dan orang-orang yang
bergerak dibidang konservasi lingkungan utnuk dapat menghasilkan sikas dengan
karakter-karakter yang baik agar perambahan sikas dari habitatnya berkurang.
Berikut ini akan
diuraikan langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk dapat memproduksi sikas
secara komersial.
Produksi
Benih dengan Polinasi Buatan
Produksi benih dengan
cara polinasi buatan dilakukan manusia merupakan satu-satunya metoda untuk
reproduksi sikas secara komersial dan berskala besar. Seringkali
terjadi kegagalan polinasi, yang berakibat tidak terbentuknya benih sering
terjadi. Kegagalan polinasi dapat terjadi antara lain karena species yang
ditanam jauh dari habitat alamnya tidak memiliki serangga tertentu yang
melakukan polinasi tsb. Penyebab lain adalah tidak sinkronnya produksi dan
kemasakan cone jantan dan betina.
Kadang-kadang cone
jantan mulai mengeluarkan serbuk sari (pollen) jauh sebelum cone betina siap
untuk polinasi. Bila hal seperti ini ditemui, ambil cone jantan sebelum
serbuk sari gugur, lalu tempatkan di atas selembar kertas yang lebar atau di
dalam kantong kertas. Simpan dalam keadaan kering dan hangat, hindari dari
angin. Serbuk sari akan lepas dari cone dalam beberapa hari. Kumpulkan serbuk
sari ini dan tempatkan dalam jar yang berisi pengering (dessicant) di dalam
lemari pendingin. Bila kondisi penyimpanan baik serbuk sari dapat tahan hidup
(viable) selama kurang lebih setahun.
Untuk mengetahui
kapan cone betina siap untuk polinasi dibutuhkan pengamatan yang teliti
sebelumnya. Cone yang sudah berkembang penuh tampak rigid dan berbentuk
rosette. Bila sudah siap untuk polinasi megasporophyll tampak berwarna merah
muda keabuan dan mengeluarkan bau yang khas.
Bila serbuk sari
masak pada saat yang bersamaan dengan masaknya putik, cone jantan dapat
langsung didekatkan dengan cone betina lalu digoyang-goyang agar serbuk sari
jatuh ke cone betina. Bila memungkinkan, dekatkan cone jantan dengan cone
betina, sehingga pada malam hari polinasi dapat dilanjutkan oleh serangga.
Namun bila saat masak serbuk sari dan putik berbeda, sebarkan serbuk sari
yang sudah disimpan ke atas cone betina. Serbuk sari dapat dicampur dengan
bedak untuk mempermudah penyebaran. Gunakan sedotan (straw) bila diperlukan.
Kesempatan untuk melakukan polinasi untuk species Cycas adalah antara 2-3
minggu.
Untuk species
selain Cycas, polinasi buatan lebih sulit dilakukan, karena sporophyllnya
tersusun rapat-rapat sehingga mempersulit deposisi serbuk sari ke dalamnya.
Namun bila cone betina siap untuk polinasi, muncul pecahan panjang pada satu
atau beberapa lokasi pada cone, dan mulai keluar bau yang khas.Serbuk sari
dapat dimasukkan melalui pecahan ini. Beberapa teknik antara lain menggunakan
tusuk gigi atau cotton bud yang sedikit dilembabkan, lalu dicelupkan atau
digulingkan di atas serbuk sari, lalu digosokkan ke daerah cone betina yang
terbuka. Teknik lain yang baru-baru ini digunakan oleh petani adalah dengan
mencampur serbuk sari dengan air, lalu disuntikkan ke dalam cone betina
melalui pecahan yang terbentuk.
Yang tergolong
sangat sulit dipolinasi adalah species Dioon. Hal ini disebabkan
pembukaan pada cone terjadi pada dasar cone sehingga menyulikan deposisi
serbuk sari dan transfernya ke bagian atas cone. Polinasi pada species ini
harus dilakukan sangat hati-hati dan berulang-ulang selama 2 minggu atau
lebih.
Perlakuan
dan Strategi Germinasi Benih
Biji dari species Bowenia,
Ceratozamia, Dioon, Lepidozamia, Macrozamia dan Stangeria dapat
tumbuh dengan relatif mudah, asalkan embrionya berkembang penuh dan
sarcotesta nya dibuang sebelum ditanam. Biji Microcycas calocoma juga relatif
mudah tumbuh, namun memiliki periode masak yang singkat, malah kadang-kadang
benih berkecambah saat cone jatuh dan pecah. Sebaliknya, species Encephalartos
spp tergolong sulit berkecambah, walau pun dari luar cone nya tampak normal.
Kemungkinan disebabkan polinasi yang tidak sempurna, sehingga walau pun benih
secara fisik tampak baik namun tidak mengandung embrio. Benih E. gratus
di Fairchild Tropical Garden tidak mengalami kesulitan berkecambah, bahkan
mencapai 100 % tanpa perlakuan apa-apa. Perkecambahan terjadi lebih cepat dan
serempak bila benih direndam dalam larutan GA3 selama 24 atau 48 jam.
Benih yangdikumpulkan
dari tanaman liar dari species Encephalartos spp dapat berkecambah
dengan baik, sementara dari tanaman yang dibudidayakan malah lebih sulit.
Kegagalan benih Encephalartos untuk berkecambah dapat disebabkan
penolakan spermatozoid oleh sel telur.
Masalah tidak
berkecambahnya benih sering terjadi pada genera-genera yang dibudidayakan. Zamia
dan Cycas mengalami dormansi morfofisiologi yang kompleks, yaitu
dormansi yang disebabkan kondisi fisiologis benih, embrio yang tidak
matang, adanya zat kimia yang bersifat inhibitor dalam sarcotesta
(daging buah) dan adanya sclerotesta (lapisan benih bagian dalam yang keras)
yang tebal dan impermeabel.
Zamia floridana,
misalnya, tidak mengalami dormansi embrio bila cones dibiarkan hancur sebelum
benih dikumpulkan.
Pemisahan benih dari
sarcotesta dan perlakuan benih dengan asam sulfat (H2SO4) selama satu
jam menghasilkan perkecambahan yang baik dalam 20-30 hari. Bila perlakuan ini
diikuti dengan perendaman dengan GA3 1000 ppm, benih dapat berkecambah 100% dengan
serempak dalam periode 2 minggu. Untuk Zamia furfuracea, lama perendaman yang
terbaik adalah 15 menit dalam H2SO4 dan 24 jam dalam larutan GA3. Disarankan
benih disiram teratur dengan intermittent mist. Perlakuan ini juga efektif
untuk mengecambahkan benih Macrozamia communis.
Walau pun benih
tampak masak, beberapa species Cycas mengalami kesulitan berkecambah. Hal ini
dapat disebabkan embrio sebenarnya masih dalam tahap perkembangan yang dini.
Penyimpanan dalam linkungan yang hangat dapat mempercepat perkembangan
embrio, namun juga berakibat viabilitas benih menjadi lebih singkat.
Sebaliknya, penyimpanan
dalam keadaan dingin berakibat pertumbuhan embrio lebih lambat namun
viabilitas benih dapat dipertahankan.
Cara terbaik adalah
menyimpan benih yang baru dipanen – yaitu benih yang telah berkembang penuh –
pada suhu 5 C selama 4 bulan untuk memberi kesempatan pertumbuhan embrionya.
Bila disimpan pada suhu ruang, sekitar 22C dalam periode yang sama, embrio
dapat berkembang pula, namun hanya 45% benih yang berkecambah setelah
sarcotesta dipisahkan dari benih. Perlakuan dengan asam sulfat dan GA3 tidak
memberikan hasil yang konsisten. Penelitian-penelitian yang dilakukan
selanjutnya menunjukkan bahwa perlakuan dengan asam sulfat tidak diperlukan,
namun perlakuan GA3 pada umumnya memberikan hasil yang baik.
Harus diingat bahwa
benih sikas bersifat rekalsitran, yaitu benih tidak bisa direhidrasi bila
kadar airnya sempat turun di bawah nilai kritisnya. Kondisi ini sering
ditunjukkan dari terpisahnya endosperm dari sclerotesta, sehingga benih
menjadi ‘rattling’ dan mengambang bila diletakkan dalam air. Mengambangnya
benih tidak selalu berarti benih tidak viabel. Sebagai contoh, benih Cycas
rumphii mengandung jaringan seperti spons sehingga selalu mengambang.
Secara umum semua benih
sikas yang masak responsif terhadap perlakuan GA3.
Perkecambahan benih
sebaiknya menggunakan media yang memiliki drainase yang baik, dan posisi
benih sebaiknya horizontal atau lateral, namun tidak boleh tegak/vertikal.
Sebagai contoh, benih Macozamia desnisonii tetap lekat dengan tunasnya
selama dua tahun atau lebih setelah berkecambah, sehingga tidak boleh dicabut
secara paksa. Selain itu, daun-daun yang tumbuh dari bagian atas batang yang
pendek tidak dapat berkembang penuh bila benih ditanam tegak.
Pemangkasan akar
(Root Pruning) untuk meningkatkan absorpsi air dan nutrisi tanaman.
Sikas pada umumnya tumbuh sangat lambat, dan hal ini diduga karena pertumbuhan akar yang lambat. Hasil percobaan yang dilakukan Dehgan dan Johnson (1987) pada Z. floridana dan Dioon califanoi (data tidak dipublikasikan), Cycas revoluta dan beberapa species lain menunjukkan bahwa bila akar dari bibit yang baru tumbuh dipotong sampai ke pangkalnya lalu direndam dalam larutan IBA 2000 ppm, akar-akar baru akan tumbuh. Hal ini merupakan ciri dari hampir semua sikas. IBA yang dipakai biasanya adalah K-IBA (IBA yang mengandung Kalium), dan perendaman dilakukan selama 5 menit.
Penggunaan zat pengatur
tumbuh lain, Benziladenin (BA) walaupun efektif untuk merangsang percabangan
akar, tak disarankan karena mengakibatkan akar-akar yang gemuk dan pendek.
Akar-akar yang kerdil ini dapat tumbuh normal kembali, namun dibutuhkan waktu
lama sebelum pertumbuhan normal ini terjadi.
Dengan pertumbuhan akar
yang lebih cepat, pertumbuhan tanaman pun terangsang. Hal ini disebabkan
dengan bertambahnya jumlah akar, makin banyak jumlah air dan nutrisi yang
bisa diserap tanaman. Dengan memberikan pengairan dan pemupukan yang teratur,
pertumbuhan sikas menjadi lebih cepat dan memiliki kualitas yang baik, lebih
baik dari yang tumbuh liar di hutan.
Percabangan:
Perbanyakan Vegetatif
Saat ini prosedur
standard untuk perbanyakan sikas secara kultur jaringan belum ada. Sikas
tidak memiliki tunas lateral sehingga tidak memiliki cabang, walau pun ada
kasus-kasus di mana tanaman jantan dapat bercabang. Namun ini jarang sekali
terjadi. Pada kasus seperti ini, setelah produksi cone, pucuk bercabang dua
dimana cabang yang kedua berposisi 90 derajat dari cabang pertama. Kasus ini
hampir tak pernah terjadi pada tanaman betina. Kalau pun ada, cabang muncul
dari dasar tanaman bukan dari pucuk.
Aplikasi
beberapa zat pengatur tumbuh, seperti Promoline (GA4/GA7 + BA) dapat
meningkatkan jumlah tunas, terutama pada Z. floridana dan C. revoluta.
Setelah bercabang tanaman akan menjadi sangat besar dibandingkan tanaman yang
tumbuh liar. Teknik ini potensial digunakan untuk konservasi tanaman langka
dan tanaman yang terancam punah – misalnya karena sulit atau sedikit
menghasilkan biji. Saat ini masih dievaluasi apakah teknik ini bisa
diaplikasikan dalam skala lebih luas.
Penanaman
dan Pemeliharaan: Irigasi dan Pemupukan
Pengusaha tanaman
hias sering beranggapan bahwa sikas tidak menguntungkan untuk diusahakan
secara komersial, karena pertumbuhannya terlalu lambat. Dan memang banyak
species sikas yang tumbuhnya lambat, sehingga untuk memasuki masa reproduktif
dibutuhkan waktu yang lama.
Pertumbuhan ditentukan
oleh produksi daun tahunan, sementara produksi daun tergantung pada
pertumbuhan akar. Dengan demikian, usaha untuk merangsang pertumbuhan akar
akan berdampak baik bagi pertumbuhan tajuknya.
Media yang ideal untuk
sikas adalah yang memiliki drainase baik, pH optimal, dan kadar hara yang
seimbang. Media yang terlalu kering atau terlalu basah berakibat buruk pada
pertumbuhan tanaman. Kondisi yang terlalu lembab mengurangi oksigen dan
berakibat buruk pada serapan hara dan penggunaannya oleh tanaman.
Jenis-jenis sikas
dengan habitat yang ‘mesic’ seperti Zamia, beberapa species Bowenia spp.,
Cycas spp., Microcycas calocoma, Macrozamia spp., Lepidozamia spp dan
Stangeria eriopus, membutuhkan irigasi lebih sering dan media yang lebih
lembab dibandingkan species-species yang berasal dari habitat ‘xeric’,
seperti Z. furfuracea, Encephalartos spp., Dioon spp dan beberapa species
Ceratozamia. Media optimum disarankan mengandung peat moss – pasir –
perlite – pine ark dengan proporsi volume yang sama, ditambah dolomit 2.25
kg/m3 dan 1.25 kg/m3 hara mikro.
Tanaman yang tumbuh
pada media dengan pH masam (< 6.5) tumbuh kurang baik. Malformasi seperti
frizzle top dan defisiensi hara mikro secara tidak langsung disebabkan pH
media terlalu rendah. pH optimal sebaiknya 6.5-7. pH rendah dapat dikoreksi
dengan penambahan dolomit. Seluruh sikas menunjukkan sensitivitas terhadap
defisiensi hara mikro. Bila ini terjadi tambahkan hara mikro melalui
pemupukan.
Untuk menghindari
terjadinya defisiensi hara mikro dapat digunakan pupuk slow release/pelepas
hara lambat, dengan demikian pemupukan tidak perlu dilakukan sering dan
ketersediaan hara dapat dipertahankan dalam waktu relatif lebih lama.
Terdapat korelasi
antara jumlah pupuk dan tingkat naungan. Pertumbuhan lebih cepat dan jumlah
daun lebih banyak bila tanaman dinaungi 30-50% dengan penambahan pupuk dalam
bentuk larutan 200-300 ppm per minggu. Data ini diperoleh dari tanaman Z.
furfuracea, Z. floridana, Cyas revoluta, dan C. taitungensis.
Kesimpulan
Semakin populernya
sikas di satu sisi meningkatkan apresiasi terhadap tanaman ini, namun juga
dapat membahayakan populasi sikas yang hidup di hutan/habitas alaminya.
Kebutuhan akan berbagai species sikas untuk koleksi dan budidaya melebihi
suplai, sehingga populasi alami sikas semakin lama semakin berkurang. Hal ini
harus disadari dan dimengerti oleh petani dan pengusaha tanaman hias. Walau
pun badan internasional seperti CITES telah membatasi pengambilan sikas dari
habitat alaminya, hal ini terus menerus terjadi. Diperlukan usaha bersama
untuk melakukan penelitian untuk menghasilkan sikas yang berkarakter baik
untuk mengurangi pengambilan sikas dari habitat alaminya.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar